August 13, 2011 at 4:02am
Kau ini bagaimana
Atau Aku harus bagaimana
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka
Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir
Aku berpikir, kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah,
Aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah
Aku diam saja, kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip.
Aku memegang prinip kau tuduh aku kaku..
Kau suruh aku toleran
Aku toleran, Kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh maju, aku mau maju kau srimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja
Aku bekerja…kau ganggu aku
kau ini bagaimana
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisiplin
Kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai.
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkanya
Aku Kau suruh menabung,aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya Rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana..
Aku kau larang berjudi..
Permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku Kau suruh betanggung jawab..
Kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bishowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur ,aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sndiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku,
Aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwisss
Kau bilang jangan banyak bicara. Aku bungkam , kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah
Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif, kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau
Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita
Kau tak suka
Aku bilang terserah aku
kau memakiku
Kau ini bagaimana…..
Atau aku harus bagaimana…?
Monday, February 17, 2014
Friday, February 7, 2014
Semua Hal Adalah Anugrah Alloh
August 11, 2011 at 6:31pm
Abu Hazim ra berkata, "Sesungguh nya seorang hamba yg mengerjakan suatu kebajikan lalu ia merasa senang karena telah mengerjakanya, ketahuilah bahwasanya Alloh Ta'alah tdk menciptakan suatu kejelekan yg lebih berbahaya dari pada hal itu. Sebaliknya, seorang hamba yg mengerjakan suatu kejelekan lalu ia merasa susah karena telah mengerjakannya, ketahuilah bhw Allah ta'ala tdk menciptaka n suatu kebajikan yg lebih bermanfaat dr pd hal itu." (Syarah Al-Hikam, hal. 72)
Inti pernyataan tsb adalah, seyogyanya bg org yg telah mengerjakan ibadah harus merasa susah dan kuatir jangan2 amal ibadahnya tdk diterima oleh Allah swt, sedangkan bagi org yg telah berbuat maksiat harus berharap penuh dosanya diampuni Allah dan bertobat serta jangan putus asa.
Bila dibaca sekilas memang hikmah diatas seakan-akan salah, akan tetapi tdk demikian halnya, apabila dipahami dan dikaji secara mendalam semisal, melakukan shalat terasa nikmat, merasa tentram saat berdzikir, itu semua tergolong bagus akan tetapi tdk boleh senang dg keduanya (tentram dan nikmat), sebab rasa nikmat melalukan shalat dan rasa tentram saat berdzikir bukanlah karna Alloh, sehingga apabila senang dg keduanya berarti senang dg sesuatu selain Allah. Senanglah hanya kpd Alloh, krn Allohlah yg telah memberi rasa nikmat saat mengerjakan shalat dan rasa tenteram saat berdzikir, senanglah kpd Allah yg telah memberikan rasa nikmat dan tentram, bukan senang kpd kedua rasa tsb.
Amal baik yg membuat hati pelakunya merasa senang, tenyata adalah amal yg paling jelek dan berbahaya, sebab amal itu akan di akui oleh si pelakunya sbg amalnya sndri, hasil dari jerih payah dan usahanya dan yg ia harapkan menjadikan penyelamat dirinya dari siksa neraka, di sinilah letak kejelekan tsb. Apabila senang, senanglah kpd Allah yg telah memberikan anugerah dan kemampuan utk mengerjakan amal kebaikan, janganlah senang kpd amal kebaikan itu.
Apabila mengerjakan amal kebaikan, akuilah bhw itu adalah fadlol (anugerah) dari Allah, sebaliknya apabila mengerjakan kejelekan, akuilah bhw itu dari diri sndr.
Wallahu alam bi showab.
Abu Hazim ra berkata, "Sesungguh nya seorang hamba yg mengerjakan suatu kebajikan lalu ia merasa senang karena telah mengerjakanya, ketahuilah bahwasanya Alloh Ta'alah tdk menciptakan suatu kejelekan yg lebih berbahaya dari pada hal itu. Sebaliknya, seorang hamba yg mengerjakan suatu kejelekan lalu ia merasa susah karena telah mengerjakannya, ketahuilah bhw Allah ta'ala tdk menciptaka n suatu kebajikan yg lebih bermanfaat dr pd hal itu." (Syarah Al-Hikam, hal. 72)
Inti pernyataan tsb adalah, seyogyanya bg org yg telah mengerjakan ibadah harus merasa susah dan kuatir jangan2 amal ibadahnya tdk diterima oleh Allah swt, sedangkan bagi org yg telah berbuat maksiat harus berharap penuh dosanya diampuni Allah dan bertobat serta jangan putus asa.
Bila dibaca sekilas memang hikmah diatas seakan-akan salah, akan tetapi tdk demikian halnya, apabila dipahami dan dikaji secara mendalam semisal, melakukan shalat terasa nikmat, merasa tentram saat berdzikir, itu semua tergolong bagus akan tetapi tdk boleh senang dg keduanya (tentram dan nikmat), sebab rasa nikmat melalukan shalat dan rasa tentram saat berdzikir bukanlah karna Alloh, sehingga apabila senang dg keduanya berarti senang dg sesuatu selain Allah. Senanglah hanya kpd Alloh, krn Allohlah yg telah memberi rasa nikmat saat mengerjakan shalat dan rasa tenteram saat berdzikir, senanglah kpd Allah yg telah memberikan rasa nikmat dan tentram, bukan senang kpd kedua rasa tsb.
Amal baik yg membuat hati pelakunya merasa senang, tenyata adalah amal yg paling jelek dan berbahaya, sebab amal itu akan di akui oleh si pelakunya sbg amalnya sndri, hasil dari jerih payah dan usahanya dan yg ia harapkan menjadikan penyelamat dirinya dari siksa neraka, di sinilah letak kejelekan tsb. Apabila senang, senanglah kpd Allah yg telah memberikan anugerah dan kemampuan utk mengerjakan amal kebaikan, janganlah senang kpd amal kebaikan itu.
Apabila mengerjakan amal kebaikan, akuilah bhw itu adalah fadlol (anugerah) dari Allah, sebaliknya apabila mengerjakan kejelekan, akuilah bhw itu dari diri sndr.
Wallahu alam bi showab.
Subscribe to:
Posts (Atom)